Sejarah
keterkaitan antara manusia dan hutan telah dicatat sejak 60 juta tahun
silam, di saat manusia primitif telah menempati hutan tropika sebagai
tempat hidupnya. Pada masa itu terjadi perubahan tempat tinggal dari
gua-gua menjadi tinggal di atas pohon (Simmons, 1972 dalam Kimmins,
1987). Dengan dijadikannya kawasan hutan sebagai tempat tinggal oleh
manusia primitif (manusia purba), maka interaksi antar keduanya terjadi
dengan lebih intetnsif.
Pemanfaatan hutan sebagai tempat tinggal ini
memiliki konsekuensi yang sangat besar, seperti berubahnya struktur dan
komposisi dari suatu wilayah hutan. Entah bagaimana bentuk tempat
tinggal manusia purba di zaman itu, tapi yang pasti akan tetap berdampak
terhadap keseimbangan ekosistem hutan yang ditempatinya (walaupun
sangat kecil). Hal ini dikarenakan manusia purba tersebut akan melakukan
segala aktifitasnya di dalam hutan, entah dalam bentuk aktifitas
biologis ataupun akatifitas sosial mereka.
Dampak negatif dari
aktifitas manusia di dalam hutan akan lebih kentara seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia itu sendiri. Bagaimana tidak,
berkembangnya suatu peradaban manusia menuntut berbagai hal dari hutan.
Seperti kayu, daging, dan berbagai sumberdaya hutan lainnya. Seiring
dengan bertambahnya waktu, kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus
meningkat. Karena, jumlah manusia yang terus bertambah dan semakin
kompleksnya tingkat kebutuhan manusia.
Hingga saat ini berjuta-juta oksigen telah kita hirup, berjuta juta kayu telah kita manfaatkan untuk bahan bangunan dan berjuta juta hasil tumbangan pohon untuk pembuatan kertas telah kita gunakan untuk aktivitas sekolah, kerja bahkan untuk pembuatan uang kertas kita.
Maka dari itu kita sebagai makhluk hidup yang tentunya membutuhkan oksigen, serta kebutuhan kayu untuk kelangsungan kehidupan kita, apa salahnya jika kita semua turut serta dalam reboisasi untuk penyelematan hutan serta tanamkan satu jiwa satu pohon untuk kelangsungan hidup di masa mendatang.
Salam lestari!
0 komentar:
Posting Komentar